Tuesday, January 29, 2013

Penjelasan singkat tentang pembelajaran aktif terhadap anak didik


Tidak dipungkiri, anak pintar masih identik dengan ukuran tingginya angka intelligence quotient (IQ). Padahal, IQ hanya mengukur sebagian kecil dari kapasitas otak manusia.
Banyak potensi lain yang dapat dikembangkan dari seorang anak, yang dikenal dengan istilah kecerdasan majemuk (multiple intelligence).
Pada dasarnya setiap anak usia pra sekolah yaitu 1-6 tahun memiliki berbagai aspek kecerdasan majemuk yang dapat dikembangkan.
Dengan pendekatan kecerdasan majemuk, setiap anak diakui memiliki kecerdasan yann teridiri dari sembilan aspek dengan pola yang berbeda-beda. Menurut teori Howard Garder, sembilan aspek kecerdasan tersebut terdiri dari kecerdasan verbal-linguistic, logika-matematika, visual-spasial, kinestetik tubuh, musical ritmis, interpersonal, intrapersonal, alam dan moral.
Metode belajar yang dapat mendukung perkembangan kecerdasan majemuk yaitu metode belajar aktif.
Psikolog pendidikan dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, DR. Rose Mini AP. M.Psi menjelaskan, metode belajar aktif ialah metode belajar dengan proses penguasaan materi yang memungkinkan para siswa melakukan kegiatan.
“Jadi belajar aktif, anak-anak juga melakukan segala sesuatu. Ketika guru berhadapan dengan anak, maka anak yang diharapkan meningkatkan diri,” kata Rose Mini.
Dia menuturkan, keuntungan bagi orangtua mengenal sembilan aspek kecerdasan yaitu dapat memahami kemampuan anaknya.
Rose Mini kembali memberi contoh, salah seorang siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika. Namun, memiliki kemampuan kinestetik tubuh yang baik, terutama dalam kegiatan olahraga sepak bola.
“Jika diajarkan memutar 45º didalam gambar dalam pelajaran matematika, dia tidak mengerti. Namun, jika disuruh memutar 45º dengan bola basket, dia bisa berputar dan berhenti dengan tepat. Artinya, masukkan sesuatu melalui hal yang dominan dari seseorang sehingga akan lebih mudah,” urai Rose Mini.
Dia mengemukakan beberapa ciri dari belajar aktif, yaitu menggunakan contoh konkrit dan praktis selama proses belajar.
Kemudian, proses belajar dilakukan dua arah, tidak hanya guru yang memberikan materi. Lalu para siswa diharapkan dapat mempraktekkan materi yang sedang dipelajari.
Komunikasi dua arah antara anak dengan guru atau orangtua penting dilakukan dalam metode belajar aktif. Beri kesempatan anak untuk mengungkapkan apa yang dia rasakan atau inginkan.
Dia mencontohkan, salah satu kegiatan yang dilakukan para siswa di Taman Kanak-kanak yaitu mengunjungi pasar tradisional. Mereka juga dibekali uang secukupnya. Dari interaksi anak dengan pedagang di pasar, jelas Rose Mini, dapat mengasah beberapa kecerdasan. Kecerdasan linguisitik, ketika berbicara dengan pedagang. Kecerdasan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain dan kecerdasan intrapersonal yang berkaitan dengan percaya diri. Kemudian, kecerdasan logika-matematika anak bisa memperkirakan dengan uang yagn dibawanya dia bisa mendapatkan apa saja.
“Dengan kegiatan ini, anak bisa mengetahui nilai uang. Apalagi biasanya anak ikut orangtua ke pasar swalayan yang tidak ada interaksi langsung,

0 comments:

Post a Comment

 

About